Catatan Mudik 2
Diposting oleh: hefriani pada KisahKemarin…tantangan keduaku di kota kelahiran berhasil aku lalui. Setelah hari kedua aku tiba dari rumah aku dipanggil untuk ceramah shubuh di masjid depan rumah. Bayangkan ceramah, hmm…hanya karena aku alumni UIN kemudian orang berfikir aku bisa berceramah. Tapi satu hal yang aku pahami ternyata berhadapan dengan audience masyarakat yang kita kenal jauh lebih menantang dari sekedar ngisi training atau daurah di kampus. Dan kemarin rumah tetangga belakang sekaligus masih ada ikatan keluarga mengadakan hajatan selamatan mau naik haji sekaligus aqiqahan. Bukan hajatannya yang mengejutkanku tetapi tawaran untuk ceramah di tengah-tengah keluarga dan tamu, dengan kata lain di tengah-tengah nenek-nenek, bibi, mamang, uwak, kakak dan adek.
Yah…hitung-hitung, sosialisasi caleg 2014, he…he…itu kata-kata teman-teman ikhwah yogya yang mendengar ceritaku. Tapi aku tahu maksudnya bercanda, sekarang kan musim mo PEMILU.
Satu hal yang aku senangi setiap habis ceramah, selalu malamnya atau sore harinya ketika keluarga kumpul di ruang tamu, selalu ada komentar dan masukan. Aku tidak pernah menganggapnya sebagai kritikan karena kesannya jadi negatif, tapi masukan atau lebih halus evaluasi. Subhanallah…ternyata keluargaku adalah keluarga yang luar biasa bagiku. Sungguh…benar kalimat yang mengatakan ”Everything change can us, but we are start and end with family”
Tantanganku tidak hanya sampai di sini, malam ini ada pertemuan keluarga besar keturunan KH. Harun salah satu cucu dari Syekh Jalaluddin pendiri patang puluhan Karang Enim (lebih dikenal Muara Enim), artinya itu adalah pertemuan keluarga besarku, lebih dari 40 keluarga bergabung disana. Dan aku? Lagi-lagi disuruh ngisi ceramah dengan tema halal bi halal. Oohh…TUHAN semoga ini langkah awalku untuk memulai dakwah ini di dalam keluarga dan di tanah kelahiranku.
Kalau tadi aku banyak bercerita masalah keluarga itu artinya keluarga dari keturunan ayah, berbeda dengan keluarga dari ibu, pekan depan ada mamang yang mau nikahan, yang bikin aku pengen ketawa sekaligus terkejut dan merasa tertantang, aku disuruh ceramah, bayangkan ceramah hikmah pernikahan sedang aku sendiri belum menikah…
Mudik tahun ini benar-benar memberikan pengalaman berharga bagiku, setidaknya sebagian orang kembali mengenalku setelah lebih dari 6 tahun aku meninggalkan kota ini dan hanya pulang ketika idul fitri tiba. Wajar ketika pertama kali aku ceramah di masjid banyak masyarakat yang bertanya-tanya. Ini siapa? Anak siapa?. Ya…sekarang aku sadar, selama ini aku buta…buta dengan lingkungan tempat tinggalku, tempat aku dibesarkan dan dunia masa kecil dan masa sekolahku. Semoga kejadian dan pengalamanku tahun ini mampu membuka memory mereka kembali khususnya masyarakat di sekitar rumahku dan keluarga besarku, bahwa aku ada dan aku bagian dari mereka…Amin…Ya…Allah permudahkanlah jalan dakwahku.
(By: Adzkiya, Oktober 2008)
subhanallah walhamdulillah walaa ilaa haillallah.
BalasHapusdak boleh berhenti disutu bae. coz nasih banyak diluaran sana yang sangat membutuhkan pencerahan.
ditunggu aksi selanjutnya.
mantap...
BalasHapusSetiap waktu itu membutuhkan pasangannya; ada waktu memberi dan diberi, waktu berbicara dan mendengarkan, ada saatnya tertawa dan ada kalanya kita harus menagis, ada waktu belajar dan tentu harus ada waktu mengamalkannya. Semua itu berputar seiring perputaran bumi. Allah Mahatahu atas kehendaknya. Teruslah berjuang... dan jangan lupa teruskan tulisannya...
BalasHapus